Mitsaqan Ghaliza
Al Quran membahasakan pernikahan dengan Mitsaqan Ghalizha, Perjanjian yang sangat kuat, sebagai gambaran ikatan yang sangat kokoh, bukan hanya antar pasangan melainkan juga sebagai bentuk perjanjian terhadap Allah.
وَكَيْفَ تاءْ خُذُوْنَه وَقَدْ اَفْضى بَعْضُكُمْ اِلى بَعْضٍ وَاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيْثَاقًاغَلِيْظًا
“Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu.” (Q.S. An-Nisa: 21)
Sebuah janji suci yang sakral, bukan sekedar hal yang main-main. Dimulakan dengan akad Ijab Qabul dari wali perempuan kepada mempelai lelaki dan diikuti dengan hak dan kewajiban satu sama lain dalam koridor taqwa.
Mukmin Terbaik
Mencintai seorang wanita mungkin bukan perkara yang sulit bagi seorang lelaki.
Untuk bisa memilikinya dalam ikatan suci pernikahan, tentunya sebagian besar lelaki akan mengupayakannya.
Tetapi, untuk menjadi seorang mukmin terbaik yang bisa memperlakukan keluarga dengan sebaik-baiknya, cinta saja tidak akan pernah cukup.
Karena yang namanya cinta, akan luntur bila tidak dirawat dan diberi pupuk. Yang tadinya sehangat teh manis, berubah menjadi sehambar sayuran tanpa garam, sedingin bubur yang lama tak disentuh.
Cinta dalam Samara
Berapa lama cinta akan bertahan dalam ikatan pernikahan? 1 tahun? 2 tahun? 5 tahun? 10 tahun? atau lebih?
Pasangan yang benar-benar bisa bertahan sampai akhir, tidak hanya mengandalkan cinta sebagai landasan hubungannya. Karena bila cinta fondasimu, begitu hilang cinta, tetiba berpaling dengan yang lain, habis manis sepah dibuang.
Bukan juga berarti menjalani pernikahan sebatas hak dan kewajiban satu sama lain tanpa adanya kerelaan di hati masing-masing, seperti syair lagu-lagu cinta: “Kau bisa miliki diriku, tapi tidak hatiku”
Cinta saja memang tak cukup untuk membangun bahtera rumah tangga. Tapi tanpa cinta dan kasih sayang, pernikahan macam apa yang ingin kita tunjukkan pada anak-anak nanti?
Lain halnya jika yang kita miliki cinta sejati berlandaskan iman dan taqwa. Seiring berjalannya waktu, cinta akan berubah menjadi Sakinah (ketenangan hati, ketentraman jiwa), Mawaddah (cinta yang sejati, bersedia mencintai dalam segala kondisi), dan Rahmah (kasih sayang, saling melindungi, menghormati dan melengkapi satu sama lain).
CINTA yang SAMARA: Aku, Kamu, dan Kita
Dalam bingkai Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah, pasangan suami istri tidak lagi memandang pernikahan hanya sebagai urusan berdua: ”Yang penting kita bahagia, yang lain mah apalah, hanya figuran dalam dunia kita.”
Mitsaqan Ghaliza,
Sejatinya di dalam ikatan kokoh pernikahan, semua anggota keluarga saling bergerak dan memotivasi untuk memastikan satu sama lain berjalan menuju kebahagiaan yang diridhoi-Nya. Bersama-sama sampai Surga. Meraih cara termudah dan tercepat untuk menggapai Surga-Nya.
Dan seorang mukmin, tau benar jika Surga tidak bisa digapai sendirian, tidak juga hanya dengan keluarga kita sendiri. Ada ilmu yang harus dipelajari, diamalkan, dan diajarkan kembali.
Ada mata rantai iman dan amal sebagai pembuktian Khalifah fil Ardh, Rahmatan lil ‘Alamin, bagaimana menjadi manusia yang paling bermanfaat di dunia sebagai tabungan kesenangan di akhirat.
Ketika janji suci tak lagi sekedar cinta, melainkan sebagai sebuah ketaatan untuk melaksanakan ibadah dengan cara yang lebih sempurna, dalam mahligai pernikahan yang Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah, dengan satu keyakinan, bahwa separuh agama adalah pernikahan.
Kutuju Surga-Mu, dengan janji suci seorang mukmin yang penuh kerelaan menjalani takdir-Mu dalam amanah pernikahan. Menjadi mukmin terbaik yang memperlakukan keluarga dengan sebaik-baiknya perlakuan dalam bingkai ketaqwaan.
5 thoughts on “Mitsaqan Ghaliza | Janji Suci Pernikahan”