Titik Rawan Menjelang Pernikahan
Jika Kamu dan Pasangan kerapkali dihadapkan pada beberapa situasi yang mencengangkan, aneh dan tak biasa selama masa perkenalan kalian berdua, boleh jadi, masa-masa selama Kamu dan Pasangan mempersiapkan langkah ke jenjang yang lebih serius akan menjadi masa yang paling mencekam, mengharu-biru, dan meng-‘euuhhh’, saking tak sanggupnya lagi Kamu berkata-kata.
Sudah Mantap, dengan Pilihanmu?
Penjajakan yang tidak sebentar nyatanya belum cukup kuat untuk menjadi pijakan bagi kedua calon mempelai untuk saling memahami satu sama lain dan membuat keputusan yang sama-sama melegakan bagi semua pihak.
Goodbye to My Single Time
Belum juga memasuki gerbang pernikahan, kedua mempelai dan bahkan keluarga besar acapkali tersandung beberapa hal unpredictable yang sangat mungkin terjadi sesaat menjelang pernikahan.
Apalagi jika sudah berurusan dengan segala macam pernak-pernik dan tetek-bengek pernikahan. Yang satu mau begini, yang lain inginnya begitu.
Terbukti, tidak sedikit pasangan yang gagal menikah karena adanya kesalahpahaman yang berujung konflik selama persiapan pernikahan. Entah itu dari sisi kedua mempelai sendiri atau malah hambatan datang dari keluarga besar yang tidak diduga-duga sebelumnya.
Membicarakan kelangsungan akad dan bagaimana caramu merayakan pernikahan bersama pasangan dengan kepala dingin, memang gampang-gampang susah.
Gampang sih, kalau keinginan masing-masing bisa bertemu dalam 1 jalan dan ujung yang sama.
Menjadi sulit, jika satu sama lain saling bersikukuh dengan opini, pendirian, dan impian masing-masing.
Ditambah dengan banyaknya masukan dan kompromi yang bertebaran saat Kamu dan pasangan lagi ‘tegang-tegangnya.’ (Siapa yang nggak tegang dan nervous, menjelang hari yang dinantikan seumur hidupnya.)
Lain orang, tentu lain pemikiran. Dan tentu saja apa yang baik menurut mereka belum tentu akan sama baiknya untukmu dan pasangan.
Saat Orang bijak berkata:
Sebagai seorang wanita, mudahkanlah dalam mahar dan pelaksanaan pernikahan.
Dan sebagai seorang lelaki, berikanlah mahar terbaik semampu yang Kamu bisa.
Saat yang sama, jika saja kedua hal tersebut, ada dalam pemikiran masing-masing mempelai dan keluarga besarnya, mungkin ceremony Akad dan Resepsi pernikahan tidak sampai menjadi hambatan tersendiri bagi kedua mempelai.
Dan bukan malah menjadi hal yang saling aji mumpung, saling mencari celah dan kesempatan dalam kesempitan untuk menjadikan pernikahan sebagai sarana meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Bukan juga menjadi paradigma terbalik, di mana si lelaki lebih memilih perempuan yang mau diajak bersusah-susah, dengan pemberian mahar yang bahkan semurah-murahnya dengan dalih tidak adanya kewajiban bagi lelaki untuk menyenangkan hati calon mempelainya sebelum akad.
Atau malah menjadikan pihak wanita lebih sibuk menyortir barisan lelaki berdompet tebal demi menaikkan kepantasan dirinya di hadapan kerabat dan masyarakat, dibanding menilai kepantasan pribadi si lelaki untuk menjadi Imam sekaligus teman sehidup semati yang juga adalah cikal-bakal bibit keimanan, kemandirian dan kematangan buah hatinya kelak.
Mulakan dan muliakan dengan mahar. Penentu sekaligus pembatas, yang membedakan antara hubungan lawan jenis biasa dengan ikatan sah berlandaskan akad suci ijab dan qabul. Sekaligus sebagai prasyarat kerelaan seorang wanita untuk melepas masa lajangnya dan memasuki gerbang pernikahan bersama lelaki yang siap Ia dampingi lahir batin, dunia akhirat.
Seperti apa, pernikahan impian versi Kamu?
Dania, F,
Single, 26 yo, Womenpreneur.
Pernikahan Impian:
Intimate Wedding,
Hanya dihadiri keluarga inti dari masing-masing mempelai dan beberapa teman dekat.
Prinsip Dania, pernikahan adalah moment sakral yang seharusnya hanya dinikmati oleh kedua mempelai, keluarga inti dan beberapa kerabat serta rekan-rekan terdekat, yang sulit dilepaskan kehadirannya dalam keseharian hidup mereka berdua.
Milan, M,
Single, 34 yo, Private Employee.
Pernikahan Impian:
Karena meyakini pernikahannya yang memang hanya untuk sekali seumur hidup, Milan memilih memaksimalkan usahanya untuk event sekali seumur hidup ini.
Bukan pernikahan yang ala kadarnya, dan bukan juga pernikahan ala-ala Sultan dan Sosialita.
Satu hal yang pasti dalam pernikahannya, haruslah pernikahan yang tanpa utang.
Kenandra, M,
Single, 27 yo, Profesional.
Pernikahan Impian:
Akad & Resepsi diserahkan sepenuhnya kepada pihak mempelai perempuan.
Kenan meneruskan legitimasi kedua orangtuanya dulu, di mana pelaksanaan resepsi pernikahan cenderung menjadi wewenang dan hajatan spesial bagi keluarga dari mempelai wanita.
Hal yang lazim menurutnya, di mana pihak lelaki akan menyerahkan sejumlah uang kepada keluarga mempelai wanita, dan selebihnya (kurang atau lebihnya) menjadi tanggungan sekaligus wewenang sepenuhnya pihak wanita.