Daftar Isi
Pikir-pikir Dahulu, Pilah-pilih Kemudian!

Memilih pasangan yang tepat, memang gampang-gampang susah. Yakin deh, setiap pasangan yang menikah, pasti menginginkan pernikahan yang langgeng, samawa, dan hanya terjadi sekali seumur hidupnya.
Terkecuali Kamu yang berwajah rupawan dan memiliki sejuta kelebihan yang membuatmu selalu menjadi incaran bagi lawan jenis, bagi sebagian orang dengan wajah dan modal yang ala kadarnya, mendapatkan pasangan bukanlah sebuah pilihan, melainkan kesempatan, yang boleh jadi tidak akan datang untuk kedua kalinya.
Pun untuk mereka-mereka yang terpojok dengan usia. Kalimat ‘Siapa aja deh’ menjadi jawaban yang super umum demi meredakan kicauan kerabat, sanak saudara dan juga tetangga kanan kiri.
Pemikiran akan pernikahan yang bernilai ibadah serta minimnya pengetahuan akan beratnya kehidupan pernikahan yang akan dijalani nantinya, acapkali menjadi hal tersendiri yang membuat calon mempelai luput untuk memperhatikan hal-hal penting dan mendasar mengenai pribadi pasangan.
Sesederhana ucapan: “Aku mencintai dan menerimamu apa adanya, lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirimu.”
Ucapan yang ada kalanya menjadi boomerang, di saat pasangan setia dengan kekurangan, kelemahan, dan hal-hal negatif yang dimilikinya tanpa mau bersusah payah mengupayakan untuk bertumbuh dan berjuang bersama pasangan.
Hidup sendiri memang melelahkan, tapi kebayang kan bagaimana rasanya hidup bersama pasangan yang setiap saatnya membuatmu lelah dan tak sempat rebah.
Dan seperti halnya Kita, pasangan yang nantinya mendampingi Kita pun bukanlah makhluk sempurna. Namun demikian, bukan berarti setiap ketidaksempurnaannya membuat Kita sedemikian pasrah menerima nasib begitu saja, apalagi jika menyangkut prinsip dan etika yang mendasar dalam berumah tangga.

Setidaknya, kelima hal berikut bisa menjadi tolak ukur lebih lanjut untukmu sebelum mengikat dan mengukir janji suci dengan calon pasangan:
5 Type Pasangan yang Sebaiknya Kamu Hindari, jika ingin tidurmu lebih nyenyak.
- Si Doyan Minum
- Si Gemar Berjudi
- Si Paling Jago Selingkuh
- Si Paling Merasa Kurang
- Si Paling Rambo
Si Doyan Minum a.k.a Pemabuk
Meski beberapa orang memiliki dan tetap memelihara kebiasaan minumnya dengan dalih tidak pernah sampai bermabuk-mabukan, well hal demikian tentu sudah bisa menjadi catatan sendiri untukmu.
Bersediakah Kamu menjalani kehidupan yang panjang bersama Dia, yang sebentar-sebentar minum? Kegiatan yang bisa menjadi alternatif untuknya healing di kala penat dan pelarian di kala senap.
Dan bicara soal pasangan, tentu tidak lepas dari mencari orangtua terbaik bagi anak-anak Kita. Siapkah Kamu jika isi lemari dan pernak-pernik di atas meja berganti dengan botol-botol minuman beraneka jenis?
Belum lagi dengan mengedepankan nilai-nilai agama yang berlandaskan Quran dan Sunnah. Sumber yang jelas-jelas menyebutkan pelarangan minuman keras bagi mukminin.
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. “ (QS. Al-Maidah ayat 90).
Bukan saja berbahaya bagi kesehatan, tapi lebih jauh lagi alkohol bisa membuat orang kehilangan akal, lupa diri, lupa keluarga, lupa segalanya. Begitu sadar, lupa juga apa yang telah dilakukannya saat mabuk. Namanya juga orang mabuk.
Si Gemar Berjudi
Penjudi paling ulung sekali pun, akan kalah peruntungannya dari bandar. Tentu saja, Bandar mana yang mau rugi?
Makin banyak harta yang dipakai untuk berjudi, makin semangatlah bandar menghabiskan setiap harta para penjudi dengan berbagai tipuannya. Tidak akan berhenti sebelum membuat para penjudi pemula menjadi kecanduan.
Dan seperti halnya orang yang kecanduan obat-obatan terlarang, seluruh harta siap dikorbankan demi memuaskan kebutuhannya akan judi.
Mula-mula pakai uang sendiri, lama-lama pakai uang sana-sini. Yang seharusnya dibelanjakan untuk keperluan keluarga, lama-lama habis di meja judi.
Mula-mula cuma merugikan keluarga, lama-lama teman dan setiap kenalan akan dimintai ‘pertolongan’ untuk ‘memenuhi kebutuhan pribadi dan juga keluarganya.’ Dan ironisnya, seringkali ketika Kita bertemu dan menolong para pecandu ini, sebenarnya bukan dirinya dan keluarganya yang sedang Kita tolong, melainkan kebutuhan judinya yang teratasi melalui ‘pertolongan’ Kita.
Bahkan saking mirisnya kehidupan penjudi ini, sampai-sampai ada suami yang tega untuk menjual pasangannya demi menuruti hawa nafsunya untuk bisa tetap berjudi. Harta ludes, sikat yang ada. Ironi.
Sepandai dan sekaya apapun seorang penjudi, yang namanya judi hanya akan membuat seseorang semakin jauh dari akal sehatnya, jauh dari keluarga, jauh dari teman-teman.
Masih mau mendampingi yang seperti ini?
Si Paling Jago Selingkuh
Manusia mana sih yang mau diselingkuhin?
Sebagian orang menilai, kebiasaan calon suami/ istri untuk selingkuh di masa-masa pranikah sebagai indikasi dari rapuhnya komitmen yang akan dimiliki pasangan setelah menikah kelak. Mereka yang meyakini, jika yang halallah yang lebih berkah.
Sementara sebagian lagi menganggap, selingkuh di masa perkenalan/ pendekatan atau apapun istilah yang Kamu suka, hanyalah sebagai intermezo, selingan di saat menjalin hubungan bersama pasangan. Selama janur kuning belum melambai, selama itu juga Kamu bebas bersama dengan siapa pun.
Disadari atau tidak, orang-orang yang terbiasa berselingkuh memiliki kecenderungan untuk berada pada situasi yang akan melegalkan mereka untuk berbohong, menyimpan diam-diam kondisi yang sebenarnya terjadi dan sampai dengan pengabaian terhadap orang-orang terkasih.
Lebih hebatnya lagi, seorang peselingkuh bisa secara sadar meminta pasangannya untuk memaklumi kelakuanya yang diakui hanya sebatas selingan dan musiman.
Jangan sampai deh, Kita terjebak dalam hubungan toksik yang memaksa Kita menerima semua belaian manja dan bujuk rayu peselingkuh.
Si Paling Merasa Kurang
Jika ada orang lain yang bisa membuatmu merasa tidur tak nyenyak, makan pun tak enak, tidak lain adalah pendamping yang boros dan selalu merasa kurang. Merasa kurang bukan karena uang yang tak cukup, tapi karena keinginan yang selalu membumbung tinggi.
Gadget lama belum lagi lunas, sudah sibuk mencari gadget baru. Pertengahan bulan selalu diisi dengan gali lobang tutup lobang.
Dompet penuh terisi dengan tumpukan kartu kredit yang jatuh tempo. Belum cukup dengan itu, satu per satu teman dan kerabat sibuk diteror dengan mafia penagih hutang dari pinjol ilegal.
Hmmm,, kebayang ya seperti apa Neraka yang bisa Kamu rasakan setiap harinya.
Si Paling Rambo
Emak-emak tahun 90-an pasti kenal yang namanya Rambo. Mengandalkan kekuatan fisiknya untuk menyerang lawan. Jantan sih, tapi jelas salah kalau digunakan untuk sekedar unjuk kekuatan di dalam keluargamu.
Seringan apapun Kekerasan Dalam Rumah Tangga, besar dampaknya bagi si penerima luka. Dan bukan hanya penerima luka yang menjadi korban, melainkan juga mereka-mereka yang melihat setiap pertunjukan itu di setiap waktunya.
Masa depan seperti apa yang ingin dihadirkan dari setiap trauma kekerasan verbal maupun non verbal dalam rumah tanggamu?
Think Twice, Honey!
Jika Kamu bertemu dengan salah satu atau beberapa tipe dari kelima hal di atas, ada baiknya Kamu memikirkan kembali setiap langkah yang akan Kamu ambil ke depannya.
Kalau kata orang-orang nih:
“You deserve to be better.”
“Cinta boleh, bodoh jangan!”
“Sebelum segala sesuatunya terlanjur.”
Sebelum Kamu berkata Kamu siap menerima berbagai kondisi di atas dan meyakini sepenuhnya jika setiap orang bisa berubah ke arah yang lebih baik, percayalah, sudah ada Kamu-kamu yang lain sebelumnya, yang selalu berharap pasangannya bisa berubah setelah menikah, setelah punya anak, bahkan setelah kakek-nenek.

Orang-orang yang sama, yang pada akhirnya menyadari, jika tidak ada seorang pun yang bisa mengubah kecenderungan pasangannya kecuali atas keinginan kuatnya sendiri untuk berubah.
Karena Kita bukan Tuhan, yang bisa sekehendaknya membolak-balik hati manusia.
Dan bahkan Tuhan pun tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubahnya sendiri.