Daftar Isi
I’m Divorce, What Next? Harus Apa Setelah Bercerai?
Bismillah…
Kata-kata perpisahan atau perceraian pastinya tidak pernah terbayangkan sedikit pun oleh setiap pasangan yang memulai kehidupan berumah tangga. Tidak ada 1 pun manusia normal yang merencanakan perceraian di awal pernikahannya.
Namun, bila Anda dan pasangan akhirnya tiba di titik ini, Saya yakin pastilah Anda sudah mempertimbangkan semua hal masak-masak, setiap konsekuensi baik dan buruk yang akan dihadapi.
Melihat realita semakin banyaknya perceraian yang terjadi di sekitar Kita dan bagaimana dampaknya terhadap anak-anak dan wanita sebagai Ibu –yang (umumnya) menjadi pihak pemegang hak asuh anak-, perlu kiranya dipahami jika selain anak-anak, setiap wanita yang berada dalam tahap perceraian juga akan menjadi sangat rentan dan rapuh di dalam, meski terlihat kuat dan penuh energi di luar.
Lewati Fase Transisi dengan Optimis
Sebagai wanita yang tengah berada pada fase healing setelah bercerai, beberapa hal ini dapat Anda jadikan pertimbangan untuk melewati fase transisi pasca perceraian:
Seberapa Pun Inginnya Anda Menyalahkan Diri, Percayalah Tidak Ada Gunanya Menyalahkan Diri Sendiri Secara Berlebihan
Sebagai orang yang gagal dalam mempertahankan pernikahan, pastinya akan terbersit perasaan malu dan frustasi, apalagi Kita sebagai orang Timur yang mengedepankan pernikahan sehidup semati seperti leluhur-leluhur yang lebih dulu mencontohkan.
Sedikit saja benturan dan batu sandungan, akan kembali menguak luka lama. Apalagi bila sudah ada anak, ada perasaan bersalah yang terus membayangi, bagaimana sebagai orangtua telah gagal dalam memberi perlindungan, kenyamanan berkeluarga dan contoh terbaik untuk anak-anak.
Jika ada yang salah dalam pernikahan, tentunya kedua pihak memiliki andil untuk setiap kesalahan dan alpa. Namun, tidak berarti dengan berpisah, lantas membuat Anda merasa berhak untuk terus membawa rasa bersalah itu di sepanjang perjalanan hidup Anda setelahnya.
Ketika palu sudah diketuk, sudah bukan waktunya lagi mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Perjalanan yang lebih panjang akan dimulai, simpan beban kesalahan yang Anda pikul saat ini, jangan biarkan Langkah Anda semakin berat karena banyaknya beban masa lalu yang masih ingin dikenang (dikenang ataupun diungkit, apapun yang siap menjadi trigger dan menghambat langkahmu di depan sana).
Bagi sebagian orang, akan muncul pemahaman, mungkin memang jodohnya hanya sampai di sini. Diteruskan juga tidak akan membawa manfaat untuk kebaikan bersama. Definisi dan pemahaman Kita terhadap takdir sangat jelas akan membawa ketenangan tersendiri untuk membantu menghadapi setiap persoalan hidup Kita.
Memberi Pemahaman pada Anak, Jika Kini Ayah & Bunda Sudah Tidak Bersama
Kalau saja setiap pasangan yang bercerai bersedia jujur, menahan ego, dan melihat siapa yang paling terluka dari sebuah perceraian, pastilah setiap Ayah dan Ibu sepakat, jika anak-anaklah yang paling terkena dampaknya.
Tidak memahami bagaimana duduk persoalannya, bahkan sangat mungkin tidak pernah mendapat penjelasan apa pun, tapi diharuskan ikut merasakan akibatnya.
Bagi Anak-anak, seperti apapun wujud dan tabiat Ayah dan Ibunya, mereka tetaplah orangtua terbaik, orang terdekat yang diharapkan selalu membersamai kehidupan mereka sampai tua.
Berikan pemahaman pada anak-anak, jika apapun yang akan terjadi, kedua orangtua akan siap hadir mendampingi dari dekat ataupun jauh.
Atau dalam beberapa kasus, di mana orangtua saling bertengkar dalam waktu yang cukup lama, Anda bisa mulai memberi pengertian pada si kecil perihal kemungkinan adanya kondisi yang akan dihadapi dengan hanya 1 orangtua di sampingnya. Beri pemahaman dengan bahasa termudah yang bisa mereka pahami tanpa harus menyudutkan pihak lain.
Bagaimana pun, setiap keburukan yang Anda ucapkan tentang mantan, akan terus terekam dalam memori anak dan terbawa dalam pikiran bawah sadarnya. Jangan sampai memori yang kurang baik tadi justru menjadi trauma tersendiri dalam proses pendewasaan diri Anak-anak Kita.
Nobody’s Perfect. Jangan Pernah Berharap Bisa Menjadi Sempurna di Depan Si Kecil
Tidak ada manusia yang sempurna. Sehebat apapun Anda, Anda harus berani dan siap mengakuinya. Begitu pun Anak Anda, terima semua kekurangan dan kelebihannya dengan objektif dan proporsional.
Jangan jadikan rasa bersalah Anda sebagai excuse untuk memanjakan dan menghilangkan kemandirian serta proses kedewasaan berpikir mereka.
Setiap orang akan melewati fase salah dan gagalnya, terutama Anak-anak yang masih sangat panjang perjalanannya. Masih terlalu banyak kesalahan dan kegagalan yang akan mereka buat sebelum akhirnya memahami jalan hidup yang akan mereka pilih. Bersama keluarga yang utuh ataupun tidak, itu semua adalah proses yang sama-sama akan mereka lalui.
Bukan karena Anda merasa perceraian sebagai aib dan suatu kesalahan, lantas Anak-anak harus kehilangan setiap prosesnya untuk tumbuh dan berkembang, dengan alasan tuntutan untuk selalu bisa tampil sempurna meski dengan keluarga yang tak lagi sempurna.
Anda dan Anak-anak, hanya bisa mengupayakan yang terbaik. Selebihnya, ada banyak hal yang berada di luar kendali kita. Dan percayalah, setiap Anak lebih membutuhkan cinta dan kasih sayang Orangtua untuk setiap ketidaksempurnaan mereka.
Jika Masih Memungkinkan, Buatlah Komitmen dengan Mantan untuk Berbagai Hal tentang Pengasuhan
Sebagai 2 orang dewasa yang telah sama-sama siap memutuskan untuk memasuki gerbang pernikahan, pastinya Anda berdua memahami setiap konsekuensi yang ada akan dihadapi bersama, apalagi untuk masalah Anak.
Walaupun demikian, Kita sama-sama tau, tidak semua pasangan yang bercerai bisa melanjutkan hubungan dengan baik pasca pereraian. Setinggi apa pun ego dan kekecewaan yang Anda dan pasangan miliki, mulailah membicarakan semua hal terkait masa depan si kecil yang ingin digapai bersama.
Dari mulai intensitas pertemuan, pola asuh, pembelajaran, pengurusan biaya hidup, bahkan sampai perkembangan psikologis anak. Jika perlu, Anda dan pasangan bisa saling berbagi peran sesuai kemampuan (kelebihan diri) masing-masing.
Bila memang masih bisa dibicarakan, carilah jalan tengah terbaik untuk si kecil, jangan sampai setelah bercerai Anda menutup semua akses pertemuan anak dengan mantan, terus ribut dan memperebutkan si kecil, bahkan sampai tarik-tarikan anak di depan orang banyak yang malah membuat si kecil trauma, atau malah sibuk saling melempar tanggung jawab pengasuhan dan biaya hidup si kecil, karena masing-masing sudah bersama dengan pasangan yang baru.
Dan sayangnya yang seperti ini nggak sedikit, setelah orangtua bercerai, Ibu dan Ayah sibuk dengan keluarga barunya, sementara si kecil dipaksa berdiri sendiri di bawah asuhan keluarga besar.
Bersiap Mandiri Secara Finansial
Sebagai wanita dan ibu dari anak-anak, pemasukan yang sebelumnya didapatkan dari 2 sumber, atau nafkah yang sepenuhnya berasal dari mantan, mungkin saat ini sudah berkurang atau bahkan nyaris tidak ada.
Cepat atau lambat, sebagai Ibu, Anda harus bersiap menafkahi diri sendiri. Ditambah dengan pengeluaran anak yang entah masih akan ditanggung oleh sang Ayah atau tidak. Dalam beberapa kasus, secara hukum tertulis mungkin nafkah memang menjadi tanggung jawab Ayah, namun aplikasi di lapangan tentu saja tidak semulus yang ditulis.
Selalu ada konsekuensi dari setiap keputusan yang kita buat. Dan pahitnya, faktor keuangan juga akan menjadi konsekuensi tersendiri yang tidak bisa Kita abaikan.
Habiskan Waktu Lebih Sering Bersama Anak
Ada perbedaan besar bagi si kecil yang sebelumnya terbiasa melakukan banyak hal bersama kedua orangtua tercinta, namun kini terpaksa berada dalam situasi yang serba canggung. Hanya Ayah tanpa Ibu, ataupun sebaliknya.
Agar si kecil tidak merasakan ketidaknyamanan yang berlebihan, bangunlah kedekatan emosi yang lebih kuat antara orangtua dengan anak, menghabiskan quality time bersama lebih sering dan terus berupaya menghadirkan rasa kebersamaan yang utuh, meski dalam situasi yang tak lagi ‘utuh‘. Dan yang terpenting, jangan sampai Anda dan pasangan melewatkan perkembangan mereka yang tak mungkin lagi terulang.
Merawat Kasih Sayang Kakek & Nenek
Kalau ada pihak lain yang juga akan bersedih dan terluka atas perpisahan Anda dan pasangan, mungkin itu adalah Kakek & Nenek. Bukan hanya tentang Anda berdua, namun juga tentang si kecil. Sudah bukan rahasia lagi jika Kakek dan Nenek bisa lebih menyayangi cucu-cucunya daripada anak-anaknya sendiri.
Sebesar apa pun rasa kecewa Anda dengan pasangan, biarkan anak-anak tetap mendapatkan kasih sayang yang utuh dari Kakek dan Neneknya. Setidaknya anak pun masih merasakan ada kasih sayang lain yang bisa didapatkan meski harus kehilangan kebersamaan dari orangtuanya.
Seburuk apa pun masalah yang akan dihadapi si kecil di depan sana, keberadaan orang-orang terdekat bisa menjadi penolong di saat-saat ketidakharmonisan Orangtua dan Anak.
Masih Berselubung Selimut Kekecewaan? Putuskan, Berapa Lama Anda Ingin Berlarut Dalam Kesedihan
Kecewa boleh, bersedih itu juga sangat wajar. Tapi segeralah putuskan, mau sampai kapan Anda akan berlarut dalam kekecewaan dan kesedihan. Sebulan? 2 Bulan? Setahun? Berapa lama yang Anda butuhkan?
Tidak semua orang bisa menghadapi permasalahan hidupnya sendirian. It’s OK Not to Be OK.
Jika memang perlu, ambillah cuti untuk menenangkan diri dan merestart pikiran. Bicarakan dengan orang terdekat yang memahami kondisi Anda. Jangan berpura-pura tenang, nyaman dan berlaku seolah tidak terjadi apa-apa. Nantinya malah akan jadi boomerang untuk Anda dan keluarga di kemudian hari.
Segeralah move on dan nikmati hidup lebih perlahan. Jangan sampai kesedihan dan kekecewaan Anda yang berlarut-larut, membuat Anda kehilangan moment untuk membahagiakan diri sendiri dan Anak-anak, bahkan sampai kehilangan moment perkembangannya atau malah mengabaikan setiap perubahan perilaku yang terjadi pada si kecil.
Ingat, ini juga masa transisi yang krusial untuk perkembangan anak-anak.
Cari Pertolongan Bila Sudah Tidak Bisa Mengatasi Kesedihan Sendiri
Segera cari pertolongan jika Anda tidak juga bisa lepas dari kesedihan dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Mintalah bantuan atau sekedar bercerita pada orang terdekat yang anda percayai, keluarga, teman, atau bila tidak ada juga, Anda bisa mulai memikirkan untuk meminta saran dari orang yang lebih ahli, mulai dari Konselor Pernikahan, Ustadzah, ataupun Psikolog.
Beban terberat akan perlahan berkurang, jika Anda sudah bisa memaafkan diri sendiri dan mulai berdamai dengan keadaan, menyadari dan menerima jika semua hal adalah takdir-Nya dan terjadi atas kuasa-Nya untuk alasan yang mungkin belum bisa dimengerti saat ini.
Percaya Takdir Baik Yang Akan Menungu Di Depan Sana
Percayalah, akan hadir pelangi dan sejuknya rerumputan kering setelah guyuran air hujan yang lebat. Akan lebih hebat lagi bila kita meyakini ada berkah di setiap hujan yang turun. Jangan tunggu kapan datangnya, cukup imani dengan hati yang bersyukur dan bersabar.
Lebih Dekat Dengan-Nya
Sertakan selalu Allah dalam setiap langkah. Semakin mendekat dengan-Nya, rasakan kasih sayang-Nya lebih dalam. Bicara lebih dalam dengan Sang Pencipta, mencari lagi, apa yang sebenarnya Ia inginkan dari perjalanan hidup kita di dunia ini.
Semangat dan Cinta untuk Perempuan-perempuan Tangguh yang Tak Kenal Lelah Menjalani Kehidupan.